JatimJum'at, 18 Desember 2015 - 13:56 wib
PROBOLINGGO - Masyarakat Tengger di sekitar lereng Gunung Bromo punya cara sendiri menghadapi erupsi. Mereka memegang teguh kearifan lokal sehingga dapat bersahabat dengan gunung. Kearifan lokal yang merupakan ajaran nenek moyang itu disebut Catur Guru Bekti.
Tokoh masyarakat Tengger, Supoyo mengatakan, Catur Guru Bekti adalah taat kepada sang pencipta, orangtua atau leluhur, taat kepada guru dan taat kepada pemerintah."Selama meningkatnya status Gunung Bromo, masyarakat taat kepada apa yang diarahkan BPBD," kata pria yang juga anggota DPRD Kabupaten Probolinggo itu saat ditemui di Dusun Ngadisari, Desa Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jumat (18/12/2015).
Mantan kepala desa dua priode ini juga mengatakan, meningkatnya aktivitas vulkanis Gunung Bromo adaah hal yang ditunggu masyarakat Tengger. Pasalnya, aktivitas vulkanis Gunung Bromo belum tentu terjadi dalam kurun waktu lima tahun sekali.
Masyarakat Tengger meyakini, akitivitas vulkanis adalah upaya Bromo untuk memberikan kesuburan bagi pertanian. Aktivitas vulkanis mengeluarkan abu yang sangat bermanfaat bagi pertanian masyarakat di lereng Bromo.
"Aktivitas vulkanik ini juga menarik bagi para wisatawan sehingga penghasilan Suku Tengger juga meningkat," pungkasnya.
Sementara pantauan Okezone, meski gunung Bromo sedang Erupsi namun warga Tengger masih beraktivitas seperti biasa, seperti bercocok tanam, joki kuda, dan bersekolah. (ris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar